Friday, June 26, 2015

Dosa Orang-orang Baik

"Apa dosa terbesar orang-orang baik?"

"Apa?"

Saya menjungkit bahu. "Entah."

"Saya ingat awak tahu," balas rakan saya, mengeluh.

Saya diam.
Jauh di sudut hati, saya tahu jawapannya.
Dosa yang terlihat sepele itu, tempiasnya lebih dahsyat daripada tsunami yang merubah pesisir pantai.

Malah, saya sedar, saya juga pendosa tersebut.
Namun, satu keyakinan yang masih bersisa - rahmat Tuhan itu lebih luas.

Benar, Tuhan Yang Maha Esa sangat unik sentuhannya.
Digerakkan hati untuk membaca sebuah novel 400 halaman.

Novel yang saya kira, sangat memberi impak.
Sehingga seorang bisa berkata, "Saya tidak mahu lagi bergelumang dalam dosa orang-orang baik."

Lalu, tahukah kita apa dosa tersebut?
Mudah, hanya dua kata.

Tidak peduli.

----
"Selalulah menjadi anak muda yang peduli, memilih jalan suci penuh kemuliaan. Kau akan menjalani kehidupan ini penuh dengan kehormatan. Kehormatan seorang petarung." -Tere Liye, Negeri di Ujung Tanduk.




Sunday, June 7, 2015

Mind.

"What if you can read others' hidden desire?"

I looked around.

That man in blue shirt, he wants foods. He is starving for days.

That girl in pink, she has a fever.

That lady, she is missing her son.

That boy, he wants to chase his dream.

That cat wants to kill human for not having any sense of humanity.

"Hey, mind! I think that's enough. You should know..."

"Hey, Dina!"

I turned and saw an old friend approaching.

"Hey, girl! Good to see you."

"Great! How about you? How's your writing? By the way, I really missed your stories in the previous blog. I think it has been quite a long time you did not write anything on the web. Why?"

"Sorry, still learning to prioritise," I replied.

Deep inside, I know, that is not the answer.
Well, not the actual one.